Pantai Gesing dan Air Terjun Sri Gethuk

    Okey guys, setelah kemarin saya posting tentang perjalanan saya ke Gardu Pandang Mangunan, Kali ini saya akan ceritakan pengalaman saya mengunjungi dua tempat wisata yang tak kalah menariknya yang lokasinya ada di Kabupaten Gunung Kidul.

    Dua tempat tersebut adalah Pantai Gesing yang berada di Desa Girikarto Kecamatan Panggang Gunung Kidul. dan Air Terjun Sri Gethuk yang berada di Desa Bleberan Playen.

    Setelah sudah puas berphoto di Mangunan saya dan teman2 langsung gass motor kita untuk menuju ke Pantai Gesing, kira2 perjalanan 1,5 jam untuk bisa sampai ke Pantai Gesing.
Tetapi sebelumnya teman2 ingin mencari warung buat sarapan pagi, karena kita berangkat dari Timoho belum makan karena masih subuh.

    Akhirnya ketemu sebuah warung makan di daerah Imogiri, tepatnya di Lapangan Pasar Manuk Imogiri, disana lauk pauknya cukup menggugah selera, dan harganyapun lumayan terjangkau.
Setelah selesai sarapan saya langsung cabut ke Pantai, karena sudah tak sabar untuk melihat keindahan Pantai yang katanya masih Asri, Sepi dan tentunya Menawan,, 

    Akhirnya setelah menempuh perjalana sekitar 1,5 jam kita sampai di Pantai Gesing, 
beginilah kira - kira penampakan pintu masuknya 

Tidak ada penampakan penjaga yang menarik tiket karena kebetulan mungkin  ini bukan hari libur
jadi pengunjungnya juga sepi. Ternyata benar apa yang beredar kabar di SosMed pantai ini bener2 masih asri, indah, sejuk, dan tenang, sangat cocok kalau buat kalian yang ingin bersantai sambil menikmati deru ombak Pantai Selatan.

    Berikut akan saya sharing hasil jepretan kameraku ketika berada di Pantai Gesing ini,,



                                          Ada dimana kita harus merenung bersama Alam,,,,


                                               Hidup itu terkadang perlu liburan bukan lemburan!!!



                 Cocok banget buat bermeditasi menenangkan Hati & Pikiran,,




    Nah begitulah kira2 beberapa jepretan dari kamera saya teman2
setelah puas berphoto di sini kami sebenarnya pengen berenang di sini namun kami semua cuma bawa baju ganti satu saja, jadi kami urungkan niat kami untuk mandi karena nanti mandinya di Air Terjun Sri Gethuk saja,, 

Ow ya di sini kami berlima disambut dengan sangat baik oleh Pak Rendra Pemilik Warung Ikan Bakar Maz Jammus, kami di beri minuman penyambut yaitu Teh dengan Gula batu, 
Beliau merupakan aktivis juga untuk perwakilan masyarakat di Desa Girikarto, kami sharing begitu banyak mengenai keluh kesah yang dirasakan masyarakat sekitar sini.

    Tak dirasa waktu sudah mulai siang kami harus melanjutkan perjalanan kami di Air Terjun Sri Gethuk, langsung tanpa basa-basi kami Berlima langsung Gazzz ke Desa Bleberan Playen.
kira2 setelah menempuh waktu sekitar 1jam kami  sampai di Air Terjun. Untuk ongkos masuk wisata ini satu orangnya dikenakan biaya 5rb rupiah saja.
 Berikut merupakan hasil jepretan saya di Air Terjun Sri Gethuk












     Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore kami dengan berat hati kami harus meninggalkan Air Terjun Sri Gethuk dan bergegas kembali lagi ke rumah teman saya menginap di Timoho.
Sekian dulu guys postingan dari saya,, nantikan cerita saya berikutnya yang tentuya di tempat yg lebih bagus lagi...

Salam Sahabat Petualang..........
Lihat juga wisata kami yang lain sobat Toekang doelan :

Bukit Cuntel Harapan Salatiga jawa tengah
Pantai dari tebing laut bekah jogja
Sunrise di bukit panguk kadiwung jogja
Wisata malam di hutan pinus pengger jogja
Air terjun Kedung Goro Boyolali
Bukit klangon lanjut berburu sunset di Tebing Breksi Jogja
Bangunan Megah di Lereng Gunung Merapi Jogja

Related Posts:

Taman Buah Mangunan, Dlingo Bantul jogja

     Pada waktu minggu kedua di bulan Oktober secara tak diduga banyak kawan yang merantau di Jakarta resign untuk kembali ke kampung halaman yaitu di Desa Gubug, Grobogan.
Saya yang sudah duluan hidup di kampung lebih dulu setelah merantau dari Jakarta merasa senang karena bertemu dengan kawan lama, secara spontan saya mengajak mereka untuk liburan ke Jogja, terutama untuk mengeksplore Gunung Kidul, karena akhir-akhir ini banyak wisata baru bermunculan di kabupaten paling selatan Yogyakarta ini.

    dan disepakati lah kita berangkat pada hari rabu tanggal 21 Okt 2015 kemarin
rencana kita berangkat rabu pagi menggunakan mobil karena faktor cuaca dan menghemat tenaga kita pilih menggunakan mobil, tapi sayang mobilnya ngambek musti dibawa kebengkel, 
Setelah ditunggu selama hampir seharian mobilnya harus opname di bengkel selama berapa hari,
Alhasil kita sepakat berangkat menggunakan motor pada sore hari, karena sudah niat kesana ya harus dilaksanakan.

    Tepat pukul 9 malam kita sampai di Jogja
pada waktu itu saya menginap di rumah teman tepatnya di daerah Timoho. Saya dan kawan2 memutuskan untuk beristirahat total demi menjaga stamina karena besok jam 4 pagi kita harus bergerak cepat untuk memulai tour di Gunung Kidul.

    Besoknya saya bangun jam setengah 4 bersiap siap sebentar lalu shalat subuh berjamaah dan kemudian kita langsung berangkat. Tujuan kami pertama kali adalah ke sebuah tempat wisata di daerah Dlingo Bantul, yaitu Taman Buah Mangunan.

    Disana merupakan tempat yang cocok untuk melihat sunrise di pagi hari. tiket masuknya terbilang murah hanya 5ribu rupiah saja,
berikut saya bagikan keindahan photo hasil jepretan kamera saya



Gambar diatas diambil sekitar pukul 05.30, diambil dari Gardu Pandang Mangunan


Muka saya yang cuma cuci muka, blum mandi,, wkkwkkwk,,,, 

Walaupun mereka ini bisa dibilang jones sejati tetapi tetap semangat buat selfie,,


    Ow iya,,,,, cuma mau ngingetin ke kalian kalau kesini mendingan di hari senin sampe kamis,, biar kalian bisa bebas ambil photo, karena pasti pengunjungnya lebih sedikit.
dan kalian juga lebih enjoy menikmati keindahan dari Sang Pencipta alam semesta ini.
Sekian dulu guys, nanti kita akan lanjutkan petualanganku di G. Kidul di postingan berikutnya,, 


Lihat juga wisata kami yang lain sobat Toekang doelan :

Bukit Cuntel Harapan Salatiga jawa tengah
Pantai dari tebing laut bekah jogja
Sunrise di bukit panguk kadiwung jogja
Wisata malam di hutan pinus pengger jogja
Air terjun Kedung Goro Boyolali
Bukit klangon lanjut berburu sunset di Tebing Breksi Jogja
Bangunan Megah di Lereng Gunung Merapi Jogja

Related Posts:

Curug Lawe Semarang

Tempat wisata ketiga yang ada di Semarang kali ini adalah Curug Lawe.

Curug Lawe adalah air terjun yang berada di Kawasan Gunung Ungaran di Semarang. Di Curug Lawe airnya benar-benar bersih dan tentu kondisi alam di sekitarnya sangat indah. Curug Lawe dan Benowo berada disebelah utara anak-anak Gunung Ungaran dan menjadi hulu Kali Banjir Kanal Barat atau Kali Garang di kota Semarang
Disebut Curug Lawe karena air yang jatuh dari tebing curam itu terlihat bagai benang-benang putih, yang dalam bahasa jawa disebut lawe. Versi lain menjelaskan dinamakan Curug Lawe karena konon jumlah air terjun yang ada, baik dari yang besar hingga yang terkecil berjumlah 25 buah yang dalam bahasa jawa Selawe.

Aksesbilitas

Terletak tidak jauh dari pusat kota Semarang tepatnya di Desa Kalisidi, Sekarang Gunung Pati, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Berjarak 12 km dari kota Semarang atau 7 km dari kota Ungaran. Dari Ungaran (alun-alun) mengambil arah ke Mapagan melalui jalan tembus ke Boja. Sesampainya di Boja ambil belokan ke kiri di desa Sumur Gunung yang ternyata juga tidak terlalu jauh dari kampus Unnes sekarang Gunung Pati. Kondisi jalan dari Ungaran ke desa Kalisidi sudah beraspal. Selanjutnya dari pertigaan Sumur Gunung tersebut diteruskan ke arah selatan hingga perkebunan cengkeh zanzibar sekitar 3 kilometeran dengan kondisi jalan makadam menanjak dengan kemiringan bervariasi antara 25-45 persen. Sesampai di perkebunan ini bagi yang membawa kendaraan dapat memarkirkan kendaraannya di dekat geust house.
Jarak dari tempat parkir ke dua curug lumayan jauh sekitar 30 menit berjalan kaki dengan kondisi jalan setapak yang relatif datar, hanya sedikit terdapat tanjakan yang tidak berarti. Ada dua jalur menuju ke sana yaitu jalur lama dan jalur baru. Jika melewati jalur lama akan melewati saluran dan jembatan irigasi denga sisi kiri adalah jurang yang sangat curam. Sedangkan jika menggunakan jalur baru akan melewati Sendang Pengantin kemudian turun ke arah bendungan melewati pinggiran sungai.
Setelah itu kira-kira 10 menit dari bendungan akan ditemui 2 percabangan, kiri menuju Curug Lawe dan kanan menuju Curug Benowo, tapi sekarang ada jalan tembus langsung dari dan ke dua curug tersebut tanpa kembali ke percabangan semula.








Related Posts:

Klenteng Sam Po Kong Semarang

Di halaman sebelumnya saya sudah bahas mengenai Masjid Agung Jawa Tengah
Kini saya akan bahas mengenai tempat wisata yang masih ada di dalam wilayah administrasi kota Semarang yaitu Klenteng Sam Pou Kong

Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong adalah sebuah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Tanda yang menunjukan sebagai bekas petilasan yang berciri keislamanan dengan ditemukannya tulisan berbunyi "marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Qur'an".
Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu, orang Indonesia keturunan cina menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng - mengingat bentuknya memiliki arsitektur bangunan cina sehingga mirip sebuah kelenteng. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Padahal laksamana cheng ho adalah seorang muslim, tetapi oleh mereka di anggap dewa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka.
Menurut cerita, Laksamana Zheng He sedang berlayar melewati laut jawa, namun saat melintasi laut jawa, banyak awak kapalnya yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh. Kemudian merapat ke pantai utara semarang untuk berlindung di sebuah Goa dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng. Bangunan itu sekarang telah berada di tengah kota Semarang di akibatkan pantai utara jawa selalu mengalami proses pendangkalan yang di akibatkan adanya proses sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kearah utara.
Konon, setelah Zheng He meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang ditempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam, di Klenteng ini juga terdapat Makam Seorang Juru Mudi dari Kapal Laksamana Cheng Ho.

Berikut Saya tampilkan beberapa photo mengenai Klenteng Sam Po Kong


Sekedar tambahan saja untuk berwisata di sini kalian tidak perlu merogoh kocek dalam - dalam
cuma 3000 untuk tiket masuk
1000 untuk parkir  pengguna motor.
3000 untuk parkir pengguna mobil.

Related Posts:

Masjid Agung Jawa Tengah "MAJT"

Di Blog ini saya akan memberikan sebuah pengalaman , pengetahuan saya mengenai tempat - tempat wisata di sekitar daerah saya terlebih dahulu tepatnya di Kota Semarang Jawa Tengah.



Masjid Agung Jawa Tengah adalah masjid yang terletak di Semarang, provinsi Jawa Tengah, IndonesiaMasjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai secara keseluruhan pada tahun 2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10 hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2004. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.

Daftar isi

Sejarah

Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang. Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Besar Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang berawal dari proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 ha yang dikelola oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh BKM tanah itu di tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat PT. Sambirejo. Kemudian berpindah tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto Siswoyo.
Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui perjuangan panjang. MAJT sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang yang telah kembali tersebut.

Pada tanggal 6 juni 2001 Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah untuk menangani masalah-masalah baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang erat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah dapat ditentukan : status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang.
Kemudian pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama Ri, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar dari Negara-negara sahabat, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan Abu Dabi. Dengan demikian mata dan perhatian dunia internasional pun mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut.
MAJT diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektar dan luas bangunan induk untuk shalat 7.669 meter persegi secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar Rp 198.692.340.000.
Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 Nopember 2006, namun masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan ibadah Salat Jumat untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah)

Arsitektur

Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Islam dan Romawi. Diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani dari PT. Atelier Enam Jakarta yang memenangkan sayembara desain MAJT tahun 2001. Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter.
Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi kaligrafi yang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat, pada bidang datar tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guno Gapuraning Gusti“.

Menara dan Pilar di serambi MAJT
Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas.
Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna atau Al Husna Tower yang tingginya 99 meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio Dais (Dakwah Islam). Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara pandang, dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427 H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat Rukyatul Hilal oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan menggunakan teropong canggih dari Boscha.

Fasilitas

 

Menara Asmaul Husna setinggi 99 meter di area MAJT
Di dalam area MAJT terdapat Menara Asma Al-Husna Setinggi 99 Meter terdiri dari : lantai 1 untuk Studio Radio DAIS MAJT, lantai 2 untuk museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, Lantai 18 rumah makan berputar, lantai 19 Gardu pandang kota Semarang dan lantai 19 Tempat rukyat al-hilal.
Area serambi Masjid Agung Jawa Tengah dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi, Tinggi masing masing payung elektrik adalah 20 meter dengan diameter 14 meter. Payung elektrik dibuka setiap shalat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot, namun jika pengunjung ada yang ingin melihat proses mengembangnya payung tersebut bisa menghubungi pengurus masjid.
MAJT memiliki koleksi Al Quran raksasa berukuran 145 x 95 cm². Ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin, dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Lokasi berada di dalam ruang utama tempat shalat. Bedug raksasa berukuran panjang 310 cm, diameter 220 cm. Merupakan replika bedug Pendowo Purworejo. Dibuat oleh para santri pondok pesantren Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan KH Ahmad Sobri, menggunakan kulit lembu Australia.
Tongkat khatib MAJT merupakan tongkat pemberian Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darusalam

Related Posts: